Sejak awal, Pras menginginkan Lavi ada di bawah kuasanya. Akan ia remukkan pongah yang gadis itu miliki. Apalagi Pras punya kartu mati untuk menyeret Lavi melakukan apa pun untuknya. Termasuk membuat panas ranjangnya. Saat keinginan itu sudah digenggam, berita terbunuhnya Tony membuat ia teralih. Nyawa bayar nyawa, itu prinsip Pras. Satu demi satu keping yang
Sulit akur dengan mertua, berdebat terus dengan ipar satu-satunya, diperparah pria berlabel suaminya itu … ibarat kepala dilepas ujung kaki digelayuti, membuat Semesta terus menerus memupuk sabar. Sampai cintanya yang tulus dihadiahi selembar surat perceraian. Tanyanya selalu berpusing di kepala. Ini keberuntungan atau musibah untuknya? Namun Semesta tetap lah Semesta. Ia biarkan itu semua bergema
Tiap kali memperkenalkan wanita yang ingin diajak serius, Tio selalu terbentur dengan satu restu. Miliknya Naina. Susahnya minta ampun anak itu untuk sebatas senyum dan bicara santun pada wanita yang Tio kencani. Karena ini juga, Tio pilih jadi playboy cap Raptor saja ketimbang berurusan dengan Naina. Katanya, “Aku cuma mau Mami Farah!” Bicaranya pakai melotot