Orang bilang perkataan adalah doa, hal itu yang terjadi pada Inggita Almira Arundati. Karena tidak menjaga perkataannya yang suka ceplas ceplos Inggit harus mengalami kehidupan barunya bersama Sadewa Bentara Arya, dosen kaku nan galak di kampusnya yang sudah dinobatkan dengan simbol kanebo kering dan sudah ia sumpahi hidupnya akan selalu susah. Menjalani kehidupan perjodohan bersama

Shan Hantoro seorang pewaris jaringan rumah sakit terbesar dalam negeri terlibat sebuah kecelakaan tunggal karena berkendara di bawah pengaruh alkohol. Untuk menutupi hal itu keluarganya menggunakan segala cara untuk menutup rapat-rapat kejadian tersebut, termasuk dengan menyogok pihak rumah sakit tempat Shan ditangani. Melisa Rosiana, rekan satu angkatan Shan harus terjebak dalam skenario tersebut. Dokter malang

Semua yang berawal baik belum tentu berakhir dengan baik, pun sebaluknta. Selama ini yang Inggitsya tahu Laynard Abragan adalah pria paling brengsek yang pernah ia temui, merenggut impiannya, mengkhianati kepercayaannya dan menorehkan luka yang begitu mendalam sampai Changmin Wijaya datang ke kehidupannya sebagai penyelamat. Skenario takdir yang pelik menghantarkan ketiganya ke dalam sebuah pusaran kisah

Bagi Inggitya Dzafina mencari pekerjaan itu bagaikan mencari jarum di tumpukan jerami. Susah. Selain status pengangguran, status jomblo pun menambah bebannya. Saat mendapat tawaran dari sahabatnya untuk melamar di sebuah perusahaan, ia tidak menolak, meski galak dan seenaknya adalah sebutan yang katanya menggambarkan sosok sang Bos. Cara perekrutan teraneh yang dilakukan oleh pemimpin perusahaan tempatnya

Untuk saat ini keduanya mungkin tidak menyadari telah berperan terlalu jauh dalam kehidupan masing-masing. Kita tidak tau siapa saja pemeran utama di dalam kehidupan kita selain diri kita, yang mungkin bisa muncul kapan saja di sepanjang kehidupan kita. Kita tidak tau apakah pemeran pendukung di dalam hidup kita akan berubah menjadi seorang tokoh utama dalam

“Kami terlalu sibuk untuk menuntut kesempurnaan masing-masing pada saat itu, tanpa menyadari bahwa kami hanya sempurna bila saling melengkapi.” Kadangkala, semesta bisa begitu hebat dalam mengombang-ambing perasaan. Seperti perasaanku yang ditarik dalam bahagia, lalu dilebur dalam luka yang tiada obatnya. Perceraian, satu kata yang menghasilkan pukulan batin begitu menyakitkan dan luka tak kasat mata. Menikah