Aku berusaha bersikap tenang ketika menghampiri mejanya. Aku tahu, sikapku sudah membuat wajah tampannya muram karena kesal. Kuletakkan kopi pesanannya di atas meja. Kepulan asap yang keluar dari cangkir akan sedikit menghangatkan tubuhnya yang kedinginan. Aku juga menyelibkan sebuah kertas di bawahnya. Maaf, aku tuna wicara. Wajah laki-laki itu berubah sayu ketika membaca tulisanku. Aku
Aku memencet bel pintu apartemen bernomor 34. Lalu tidak lama kemudian pintu di hadapanku terbuka dan menampilkan sosok Gantar di baliknya. Aku langsung saja masuk ke dalam dengan mendorong tubuh Gantar. Sekali lagi, rasa cemasku lebih utama kepada Reen. βLo masuk ke rumah orang tanpa permisi, woy,β protes Gantar. βReen jauh lebih penting buat gue,β