“Apa aku terlambat?” Ujar seseorang dari belakang Avel membuat Vanya dan Yuki melirik pada pria Jepang yang sedang berjalan menuju Avel. Avel menggeleng. “Tidak. Kau datang tepat waktu.” Keita menyeringai saat melihat dua wanita cantik di depannya. “Tangkapan bagus, Avel.” Keita menggerakkan otot-otot lehernya hingga berbunyi. “Aku akan menghadapi si sipit.” “As you wish!” Vanya

Umumnya setiap orang pasti akan berkata bahwa cinta dan benci memiliki perbedaan yang setipis benang. Awalnya, gadis berperawakan tinggi itu tidak begitu percaya hingga dia turut serta dalam permasalahan perjodohan sang sahabat dan disanalah semuanya berasal. “Kau yang telah menghancurkan semua rencanaku! Maka kau yang harus bertanggung jawab, Alea.” Dan hal itu membuat jantung Alea

“Hai.” Nada menyapa sambil menahan isakannya. “Gimana keadaan kamu?” Menggenggam tangan Bara yang kini justru menatapnya datar. Bara melirik tangan mungil itu sedang menggenggamnya, lalu menepisnya tanpa perasaan. Membuat tangan Nada terasa perih sekaligus tertegun dengan bibir yang bergetar. Untuk pertama kalinya ia merasakan Bara bersikap kasar. Namun, ucapan Bara selanjutnya justru menohoknya tanpa ampun.

“Jadi, apakah aku bisa memiliki anak? Apakah aku masih bisa melakukan IVF?” Raya dan Kania saling melirik satu sama lain. Keduanya menatapku dengan tatapan prihatin dan aku sudah tahu arti dari tatapan tersebut. Jujur saja, itu membuat jantungku langsung berdebar memukul rongga dadaku. Tanganku bahkan sudah berkeringat dingin. Tak siap menerima informasi yang akan ku