Namanya Barra. Jangankan hangat bak bara api, sahabat Trisha ini adalah manusia sekaku batu arca. Tapi toh Trisha tidak peduli. Sebab selama bertahun-tahun, Barra adalah tempat ternyaman Trisha. Hingga satu persatu hal datang mengusik, dan menyadarkan Trisha tentang batas yang seharusnya mereka pasang jauh-jauh hari. Jadi, bukankah lebih baik Trisha mulai menjauh dari Barra? Hanya
Ketika Abel tidak bisa menyebutkan nama-nama rimpang dengan benar, Abel sadar dirinya bukanlah menantu idaman Leah. Tapi, bukankah cinta selalu tentang perjuangan? Setelah kekurang-kekurangan yang ia miliki, ia tidak bisa membiarkan kekurangan yang satu ini merusak impiannya membangun rumah tangga bersama Arvin. Namun seperti semua hal dalam hidupnya, Tuhan tidak menghadirkan kemudahan secara cuma-cuma. Dan
Sena baru saja bunuh diri. Gadis itu, baru saja memberikan Sakti parang yang sama seperti yang pernah ia berikan pada Dirga. Maka, ya, dia baru saja mengundang kematiannya sendiri. Namun, Sakti terlalu tangguh untuk ditepikan. Dengan ketenangan dan tatapan lembut dari balik kacamata bundarnya, lelaki itu mampu menjawab setiap keraguan Sena. Memberi gadis itu secercah
Karena, cinta saja tidak cukup untuk membangun sebuah hubungan. Sena cukup punya alasan untuk berpendapat bahwa jatuh cinta hanya membuat luka. Karena menurutnya, tidak pernah ada yang tahu apa yang dilakukan pasangannya di masa depan. Jadi, ya. Baginya, masa depan adalah hal yang menakutkan. Di saat dia berusaha melanjutkan hidup, Dirga datang dengan seluruh penyesalan
Luka selalu memberi dua pilihan bagi manusia. Bangkit untuk menjadi lebih perkasa, atau terus tertunduk dalam luka. Bangkit dari masa lalu bukanlah hal yang mudah bagi Glauh. Tapi Galuh tahu, dia perlu melawan rasa jahat yang menuntutnya untuk menyerah saja. Seolah alam hendak mengujinya, Galang kembali dalam kehidupannya. Ketika di saat yang sama, sosok kawan