SAJAK-SAJAK KECIL TENTANG CINTA /1/ mencintai angin harus menjadi siut mencintai air harus menjadi ricik mencintai gunung harus menjadi terjal mencintai api harus menjadi jilat /2/ mencintai cakrawala harus menebas jarak /3/ mencintai-Mu harus menjelma aku Melipat Jarak berisi 75 sajak yang dipilih dari buku-buku puisi karya Sapardi Djoko Damono yang terbit antara 1998- 2015
Edisi komplet dari Trilogi Soekram, yang sebelumnya diterbitkan dalam 3 buku terpisah, yaitu: Pengarang Telah Mati, Pengarang Belum Mati, dan Pengarang Tak Pernah Mati. Saudara, saya Soekram, tokoh sebuah cerita yang ditulis oleh seorang pengarang. Ia seenaknya saja memberi saya nama Soekram, yang konon berasal dari bahasa asing yang artinya— ah, saya lupa. Tapi sudahlah.
Selalu ada saat ketika kita tidak sempat bertanya kepada sepasang kaki sendiri kenapa tidak mau berhenti sejak mengawali pengembaraan agar kita bisa memandang sekeliling dan bertahan semampu kita untuk tidak melepaskan air mata menjelma sungai tempat berlayar tukang perahu yang mungkin saja bisa memberi tahu kita; Ke sana, Saudara, ke sana. Selalu ada kapal yang
Hei, Ki Dalang! Jangan beri kesempatan boneka nyinyir membeberkan aibnya, jangan biarkan omongan yang membingungkan kami; eja setiap kata yang lugas yang berjajar di pakem itu, lantunkan kebenaran kisah yang mengungkapkan kesetiaan perempuan kepada laki-laki yang menguasai jagad raya – jangan, jangan selewengkan syiar Kitab itu walau hanya sepatah kata – kami sudah hafal di
kitab puisi perihal gendis di rumah sendirian : ayahnya pamit pergi ke selatan ibunya bilang menyusul ke utara TAK PERLU Barangkali tidak perlu mencari tahu dan menjadi risau kenapa Ayah ke Selatan Ibu ke Utara. Aku ingin ke Barat sendiri saja membelakangi bukit Timur sarang matahari pagi itu. Tidak perlu menjadi risau. Tidak perlu sama
Hujan Bulan Juni pertama kali diterbitkan oleh Grasindo tahun 1994 dan telah dicetak ulang beberapa kali. Tidak ada perubahan penting dalam buku terbitan editum ini, kecuali penambahan dan penghapusan beberapa sajak berdasarkan pertimbangan praktis. Sajak-sajak dalam buku ini dipilih dari beberapa buku puisi yang pernah terbit sebelumnya, yakni duka-Mu abadi (1969), Mata Pisau (1974), Akuarium
Dalang tidak berpihak kepada nasib tetapi kepada takdir. Kau pasti masih ingat kita pernah suatu saat membayangkan sebuah dongeng tentang waktu yang ujudnya remah-remah yang bisa kita kunyah, telan, dan muntahkan kapan saja agar tetap ada. Kita menyukai dongeng yang katamu indah itu meskipun sebenarnya tidak sepenuhnya memahami apa maknanya. Sar, kalau saja kita bisa