Hidup sendiri ternyata lebih gampang diucapkan ketimbang dijalani. Mencari orang untuk dicintai sepenuh hati juga tak kalah rumitnya. Tapi, tak ada yang lebih sulit daripada jatuh cinta kepada orang yang pernah membuatmu bersumpah tak akan pernah mencintai siapa pun lagi. Orang yang tak ingin lagi kau temui seumur hidup. Orang yang dulu pernah menduakan cintamu.
Aku menyukaimu. Aku membencimu. Aku tak bisa menerima setiap perubahan yang terjadi dalam diriku saat bertemu denganmu. Tapi kau seperti air, mengalir begitu saja di dalam hidupku. Dan sebentar saja, kau sudah jadi bagian yang tak bisa kusisihkan dari hari-hariku. Sebagian dariku tak siap tunduk begitu saja di bawah pesonamu. Dan niatmu menyaru bersama senyuman
Mencintaimu bukanlah sesuatu yang kuharapkan terjadi. Aku tak ingin harapan datang lagi, berkunjung di hati, diam untuk beberapa waktu, lalu meninggalkanku dalam kesedihan berlipat-lipat. Aku tahu pasti ini kesalahan yang seharusnya tidak boleh terjadi. Tapi kau hanya memelukku, tanpa suara. Menggenggam tanganku erat seolah tak ingin melepasnya lagi. Dan sebelum aku berhasil menyangkal cintamu lagi,
Terkadang, kita melupakan hidup yang harus tetap kita jalani karena menyesali sesuatu yang telah pergi. Seperti Zahra yang merasa kebahagiaan telah berlalu saat Daffa, anak pertamanya, menghadap Sang Pencipta. Dunianya mendadak hening. Tak ada lagi tawa. Semua tak lagi baik-baik saja. Krisna pun merasakan yang sama. Saat Daffa pergi, ia tak hanya kehilangan satu, tetapi
Saat Nabil dan Sarah masih ‘sayang’ dan ‘cinta’, semuanya berjalan begitu indah. Ternyata, hidup menikah tidak semudah kelihatannya. Pernikahan membawa Sarah melihat sisi lain dari diri mereka berdua. Entah ke mana hilangnya Nabil Si Pelindung yang penuh kasih sayang itu. Lelaki yang sanggup membuat Sarah berpindah keyakinan demi bisa bersama hingga akhir usia. Entah lenyap
Narend Buatku, memberikan kesempatan kedua hampir tak mungkin. Untuk apa membuka kemungkinan bagi kekecewaan yang lain? Hati yang benar-benar patah tak perlu berulang-ulang, bukan? Namun, kali ini rasanya berbeda. Hanya saja, aku bahkan tak lagi percaya cinta dan kisah romansa itu nyata. Farra Aku tak pernah merencanakan menjatuhkan hati kepadanya. Tidak juga pada sikapnya yang
Adakah Tuhan sedang memberi jeda untuk kita atau memang tak ada nama kita dalam takdir-Nya? Menjalani hari bersamamu begitu menyenangkan. Tidak ada yang lebih daripada dirimu yang aku inginkan. Kita tenggelam dalam riuhnya impian, hingga baru tersadar setibanya di persimpangan. Aku dan kamu berbeda tujuan. Namun, kita sama-sama ragu apakah perpisahan yang benar-benar kita inginkan.